Slater (Elizabeth Hurlock 1974:353) mengungkapkan tentang empat pola dasar hubungan orang tua-anak yang bipolar beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :
1. tolerance-intolerance
Pengaruh yang mungkin dirasakan dari
adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk
dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung
akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.
2. permissiveness – strictness
Relasi orang tua-anak yang permisif dapat
membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun
sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang
impulsif.
3. involvement – detachment
Seorang anak cenderung akan menjadi
ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan
peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak
terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.
4. warmth – coldness
Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, hubungan orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang
toleran, permisif, turut terlibat dan penuh kehangatan merupakan
manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap anak. Sedangkan sikap dan
perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras, membiarkan dan dingin
merupakan bentuk penolakan terhadap anak.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan harga diri
anak, orang tua seyogyanya dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk belajar bertanggung jawab dan menentukan dirinya sendiri. Di sini,
orang tua hanya berperan sebagai fasilitator, yang berupaya untuk
memberikan kesempatan yang luas kepada anak dalam meraih harga dirinya
melalui pengembangan minat dan kecakapannya.
Buss (1973) mengemukakan bahwa kasih
sayang orang tua yang tulus (unconditional parental love) merupakan
faktor penting yang dapat membentuk inti (core) dari harga diri anak.
Berbagai studi yang dilakukan menunjukkan bahwa seorang anak menjadi anti demokratis, prejudice,
dan memiliki sikap permusuhan dari adanya sikap perlakuan orang tua
yang keras (Hoffman, 1960; Harris, Gough & Martin, 1950; Lyle &
Levitt, 1955).
Studi yang dilakukan Radke (1946)
menunjukkan bahwa anak merasa sedih, kurang bahagia, dan merasa sakit
dengan adanya perlakuan orang tua yang disertai hukuman fisik. Sementara
itu, studi yang dilakukan Symonds (1939) menyimpulkan bahwa : " accepted
children engaged predominantly in society behaviors, whereas rejected
children menifested a number unacceptable behaviors.”
Sumber:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/15/pola-relasi-orangtua-anak/