Jumat, 22 Februari 2013

Pola Asuh Orangtua-Anak

              
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Slater (Elizabeth Hurlock 1974:353) mengungkapkan tentang empat pola dasar hubungan orang tua-anak yang bipolar beserta pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu :

1. tolerance-intolerance
Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang penuh toleransi, memungkinkan anak untuk dapat memiliki ego yang kuat. Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah pada diri anak.
2. permissiveness – strictness
Relasi orang tua-anak yang permisif dapat membentuk menunjang proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan berdampak pada pembentukan pribadi anak yang impulsif.
3. involvement – detachment
Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli . Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang introvert.
4. warmth – coldness

Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sebaliknya, hubungan orang tua-anak yang dingin akan menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang toleran, permisif, turut terlibat dan penuh kehangatan merupakan manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap anak. Sedangkan sikap dan perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras, membiarkan dan dingin merupakan bentuk penolakan terhadap anak.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan harga diri anak, orang tua seyogyanya dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bertanggung jawab dan menentukan dirinya sendiri. Di sini, orang tua hanya berperan sebagai fasilitator, yang berupaya untuk memberikan kesempatan yang luas kepada anak dalam meraih harga dirinya melalui pengembangan minat dan kecakapannya.
Buss (1973) mengemukakan bahwa kasih sayang orang tua yang tulus (unconditional parental love) merupakan faktor penting yang dapat membentuk inti (core) dari harga diri anak.
Berbagai studi yang dilakukan menunjukkan bahwa seorang anak menjadi anti demokratis, prejudice, dan memiliki sikap permusuhan dari adanya sikap perlakuan orang tua yang keras (Hoffman, 1960; Harris, Gough & Martin, 1950; Lyle & Levitt, 1955).
Studi yang dilakukan Radke (1946) menunjukkan bahwa anak merasa sedih, kurang bahagia, dan merasa sakit dengan adanya perlakuan orang tua yang disertai hukuman fisik. Sementara itu, studi yang dilakukan Symonds (1939) menyimpulkan bahwa : " accepted children engaged predominantly in society behaviors, whereas rejected children menifested a number unacceptable behaviors.”


Sumber: 
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/15/pola-relasi-orangtua-anak/



 

I LOVE PSIKOLOGI


Kamis, 21 Februari 2013

Berhati-hati Dari Rayuan Dunia

Berhati-hatilah dari dunia. Hati-hati dari cinta dunia dan bergantungnya hatimu kepadanya. Sesungguhnya jika hati telah bergantung kepada dunia dan cinta kepada harta, akan sangat cepat tertipu dan cepat pula hilangnya ilmu dalam kehidupan dunia yang fana (bakal binasa) dan terkutuk ini. Sebagaimana penjelasan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sabda beliau :

“Dunia ini terlaknat dan dilaknat apa-apa yang ada padanya, kecuali dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketaatan kepadaNya, orang yang berilmu, dan orang yang belajar ilmu”. (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :Artinya: “Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. [QS Luqmaan: 33] Artinya: “Jangan sekali-kali kehidupan dunia menipu kalian.” 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
Artinya: “Maka takutlah kalian kepada dunia dan takutlah kalian kepada wanita.” (HR Muslim dari shahabat Abu Sa’id al Khudry).

Berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan jangan sekali-kali hati kalian bergantung kepadanya. Bukan berarti bahwa kalian tidak boleh makan dan minum, tidak boleh berjual-beli, tentu hal demikian itu kita perlukan, akan tetapi maksudnya adalah jangan sekali-kali hati kalian bergantung kepadanya.
Berhati-hatilah, janganlah kalian tenggelam dalam kehidupan dunia, karena banyak orang yang berbuat demikian, karena banyak orang yang berbuat demikian akhirnya menyia-nyiakan agamanya, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diriwayatkan dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan dari hadits Abu Darda beliau berkata : “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam ketika kami sedang memperbincangkan masalah kefakiran yang menakutkan kami, beliau bersabda (yang artinya) : “Apakah kefakiran yang kalian takuti ? Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh benar-benar akan dituangkan kepada kalian dunia ini dengan satu kali tuangan. Sehingga tidak menyeleweng hati kalian ketika lalai melainkan karenanya. Demi Allah, sungguh aku telah meninggalkan kalian diatas hujjah yang putih bersih, malamnya sama dengan siangnya.” Abu Darda berkata : ”Ya, demi Allah, sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam telah meninggalkan kita diatas hujjah yang putih, malamnya seperti siangnya.”

Berhati-hatilah, janganlah kita bergantung kepada dunia, karena barangsiapa yang melakukan demikian akan menjadikan hatinya menyeleweng. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam “Tidaklah menyelewengkan hati seseorang bila lalai melainkan dunia.”

Demikian pula sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
Artinya: “Bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah dunia.” (HR Bukhari dan Muslim dari shahabat Amr bin Auf).

Beliau juga bersabda:
Artinya: “Bukan kesyirikan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan atas kalian adalah perhiasan kehidupan dunia. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih beliau 6196 dan Imam Muslim no 2296 dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir. Adapun riwayat dengan lafadz (masy syirku’). Wallahu a’lam, tidak terdapat dalam lafadz keduanya. Atau mungkin salah dalam mendengarnya, yang ada adalah lafadz di atas).

Berhati-hatilah kamu, karena tidak akan berkumpul pada diri seseorang cinta kepada ilmu dan cinta kepada dunia. Namun, yang terjadi adalah apabila cinta kepada dunia mendominasi, maka cinta kepada ilmu akan menyingkir, begitupun sebaliknya. Maka jika cintamu terhadap dunia mendominasi pada dirimu, kamu pasti akan meninggalkan ilmu dan kamu akan menyia-nyiakan dirimu. (Syaikh Muhammad Ali Imam berkata : “Masuk ke dalam dunia adalah mudah sekali, namun keluar darinya sungguh sangat sulit.”)

Betapa banyak orang yang telah hilang sia-sia padahal dulunya mereka adalah penuntut ilmu, bahkan diantara mereka ada yang telah menghafal ratusan hadits, tapi kemudian ia bergantung kepada dunia, akhirnya hilang dan menjadi orang yang tidak berguna.