Jumat, 20 Juni 2014
Senin, 07 April 2014
Energi Penyembuh dalam Al-Qur'an: Antara Sains dan Keyakinan
Gambar
1: Atom adalah struktur dasar di dalam alam semesta ini dan di dalam
tubuh kita; ini terus-menerus bergetar, yang artinya setiap benda
bergetar sesuai degan sebuah sistem yang teliti.
Rahasia yang membuat otak kita berpikir adalah sebuah program akurat yang ada dalam sel-sel otak; program yang berada di dalam setiap sel ini mengerjakan tugasnya dengan teliti; kerusakan sekecil apapun dalam pekerjaannya akan menyebabkan ketidakseimbangan dan penyakit di beberapa bagian tubuh; pengobatan terbaik untuk ketidakseimbangan ini adalah dengan mengembalikan keseimbangan pada tubuh. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi oleh berbagai getaran seperti gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang suara, dll. Tetapi apa itu suara?
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Rahasia yang membuat otak kita berpikir adalah sebuah program akurat yang ada dalam sel-sel otak; program yang berada di dalam setiap sel ini mengerjakan tugasnya dengan teliti; kerusakan sekecil apapun dalam pekerjaannya akan menyebabkan ketidakseimbangan dan penyakit di beberapa bagian tubuh; pengobatan terbaik untuk ketidakseimbangan ini adalah dengan mengembalikan keseimbangan pada tubuh. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel tubuh dipengaruhi oleh berbagai getaran seperti gelombang cahaya, gelombang radio, gelombang suara, dll. Tetapi apa itu suara?
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Ada
banyak penyakit setiap hari yang sembuh dengan membaca Al-Quran. Kita
tidak dapat membantah hal itu karena kesembuhan memang terjadi. Hal itu
terjadi pada saya (Abduldaem Al-Kaheel – penyusun artikel) ketika saya
membaca ayat-ayat tertentu untuk khusus penyakit dan penyakit itu
sembuh! (atas izin Allah).
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Pendahuluan:
Ada
banyak pasien yang sembuh setiap hari karena membaca al-Qur'an. Kita
tidak bisa menolaknya, karena kesembuhan itu benar-benar terjadi. Ini
juga terjadi pada diri saya saat membaca ayat-ayat tertentu untuk
penyakit tertentu, dan penyakit tersebut pun sembuh!
Setelah
melakukan riset, maka salah satu hasil terpenting dari riset yang
berlangsung selama beberapa tahun ini adalah: Dalam setiap ayat
al-Qur'an Allah meletakkan daya penyembuh untuk penyakit tertentu
apabila ayat-ayat ini dibaca dengan bilangan (pengulangan) tertentu.
Pada
dasarnya, ketika kita mengamati alam di sekitar kita, maka kita
menyadari bahwa setiap satuan atom itu bergetar dalam frekuensi
tertentu, apakah atom itu adalah bagian dari metal, air, sel, atau
apapun. Ini adalah fakta ilmiah.
Struktur
dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita
adalah sel. Setiap sel terbuat dari jutaan atom, dan setiap atom
terbentuk dari nukleus positif dan elektron negatif yang
mengelilinginya. Karena rotasi ini, medan elektromagnetik dihasilkan,
sama seperti medan-medan yang dihasilkan oleh suatu mesin. Gambar: Atom
merupakan struktur dasar pada alam semesta dan juga pada tubuh kita. Ia
bergetar secara konstan, dan itu berarti setiap benda itu bergetar
dengan sistem yang seksama. Sel-sel juga bergetar dengan sistem yang
seksama, dan setiap getaran di sekitar kita memengaruhi sel-sel kita.
Rahasia yang membuat otak ini berpikir adalah sebuah program akurat di
dalam sel-sel otak kita.
Program
ini berada di setiap sel yang melakukan pekerjaannya secara seksama.
Penyimpangan terkecil pada pekerjaannya dapat mengakibatkan
ketidak-seimbangan dan kekacauan pada sebagian organ tubuh. Terapi
terbaik terhadap ketidak-seimbangan ini adalah merestorasi keseimbangan
kepada tubuh. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel tubuh itu terpengaruh
oleh bermacam-macam gelombang seperti gelombang sinar, gelombang radio,
gelombang suara, dan lain-lain. Tetapi, suara apa?
Gambar:
Masing-masing sel di tubuh kita bergetar dengan sistem yang seksama,
dan perubahan sekecil apapun pada getaran itu akan mengakibatkan sakit
pada sebagian organ tubuh. Itulah kenapa sel-sel yang rusak itu harus
digetarkan untuk mengembalikan keseimbangan padanya. Kita tahu bahwa
suara itu terbentuk dari gelombang atau getaran yang bergerak di udara
dengan kecepatan 340 m/detik. Setiap suara memiliki frekuensi sendiri,
dan manusia bisa mendengar suara dengan frekuensi antara 20/detik hingga
20.000/detik.
Gelombang-gelombang
tersebut menyebar di udara lalu ditangkap telinga, lalu ia berubah
menjadi sinyal-sinyal elektrik, dan bergerak melalui syaraf suara menuju
acoustic bark di dalam otak. Sel-sel tersebut menyesuaikan diri dengan
gelombang, lalu gelombang tersebut bergerak ke berbagai bagian otak,
khususnya bagian depan. Semua organ itu bekerja secara bersama sesuai
seirama dengan sinyal-sinyal tersebut, dan menerjemahkannya ke dalam
bahasa yang dipahami manusia. Lalu, otak menganalisa sinyal-sinyal itu
dan memberikan perintahnya kepada berbagai organ tubuh untuk
menyesuaikan dengan sinyal-sinyal tersebut.
Suara
terdiri dari getaran-getaran mekanik yang sampai ke telinga lalu ke
sel-sel otak yang menyesuaikan dengan getaran-getaran tersebut, dan
mengubah getarannya sendiri. Itulah mengapa suara itu dianggap sebagai
energi obat yang efektif, tergantung pada sifat suara itu dan
frekuensinya. Kita menemukan energi penyembuh di dalam al-Qur'an karena
ia merupakan Kitab Allah.
Dari
sinilah muncul terapi suara: Suara adalah getaran, dan sel-sel tubuh
itu selalu bergetar, lalu suara memengaruhi sel-sel tersebut. Inilah
yang ditemukan para peneliti akhir-akhir ini. Di akhir abad 21 di
Washington University, para ilmuwan menemukan bahwa kerja sel otak bukan
hanya mentransfer informasi. Masing-masing sel adalah komputer kecil
yang bekerja untuk mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan memberikan
perintah secara konstan. Ellen Covey, peneliti pada Washington
University, mengatakan, ‘Untuk pertama kalinya kita menyadari bahwa otak
tidak bekerja layaknya satu komputer besar, melainkan berisi sekian
banyak komputer yang bekerja secara kooperatif. Ada komputer kecil dalam
setiap sel, dan komputer-komputer tersebut dapat terpengaruhi oleh
getaran di sekitarnya, khususnya suara.
Gambar:
Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa di dalam tiap-tiap sel dalam otak
terdapat komputer supermini di mana Allah menginstal program akurat
yang mengatur sel dan mengontrol kerjanya. Eksperimen juga menunjukkan
bahwa suara dapat memengaruhi sel. Ini adalah gambar sel yang
terpengaruh oleh suara, dan medan elektromagnetik terbentuk di
sekitarnya.
Jadi,
dapat kami katakan bahwa sel-sel tiap organ tubuh itu bergetar dalam
frekuensi tertentu, dan membentuk sistem yang kompleks dan koordinatif,
yang dapat terpengaruh oleh suara di sekitarnya. Penyakit yang
menjangkiti suatu organ tubuh itu dapat mengakibatkan perubahan pada
getaran sel-sel organ tersebut, dan pada kelanjutannya membuatnya
menyimpang dari sistem tubuh secara umum. Itulah mengapa ketika tubuh
dihadapkan pada suara tertentu, maka suara itu memengaruhi getaran
sistem tubuh, khususnya pada organ yang tidak normal. Organ ini akan
merespon suara tertentu untuk mengembalikan sistem getarannya yang
orisinal, atau dengan kata lain, mengembalikan kondisi kesehatannya.
Para ilmuwan menemukan hasil-hasil tersebut belakang ini.
Kronologi Terapi Suara:
Alfred
Tomatis, seorang dokter warga negara Prancis, membuat
eksperimen-eksperimen selama lima puluh tahun mengenai indera manusia,
dan ia membuat kesimpulan bahwa indera pendengaran merupakan indera yang
paling penting! Ia menemukan bahwa pendengaran mengontrol seluruh
tubuh, mengatur operasi-operasi vitalnya, keseimbangan, dan koordinasi
gerakan-gerakannya. Ia juga menemukan bahwa telinga mengontrol sistem
syaraf!
Selama
eksperimennya, ia menemukan bahwa syaraf pendengaran terhubung dengan
seluruh otot tubuh, dan ini adalah alasan mengapa keseimbangan dan
fleksibilitas tubuh, serta indera penglihatan itu terpengaruh oleh
suara. Telinga bagian dalam terhubung dengan seluruh organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, hati, perut, dan usus. Hal ini menjelaskan mengapa
frekuensi-frekuensi suara itu memengaruhi seluruh tubuh.
Pada
tahun 1960, ilmuwan Swiss yang bernama Hans Jenny menemukan bahwa suara
dapat memengaruhi berbagai Artikelal dan membentuk
partikular-partikularnya, dan bahwa masing-masing sel tubuh itu memiliki
suaranya sendiri, dapat terpengaruh oleh suara, dan menyusun ulang
Artikelal di dalamnya. Pada tahun 1974, peneliti Fabien Maman dan
Sternheimer mengumumkan penemuan mengejutkan.
Mereka
menemukan bahwa setiap organ tubuh itu memiliki sistem vibrasinya
sendiri, sesuai dengan hukum fisika. Beberapa tahun kemudian, Fabien dan
Grimal serta peneliti lain mengungkapkan bahwa suara dapat memengaruhi
sel-sel, khususnya sel kanker, dan bahwa suara-suara tertentu memiliki
efek yang lebih kuat. Hal ajaib yang ditemukan dua peneliti itu adalah
bahwa suara yang memiliki efek paling kuat pada sel-sel tubuh adalah
suara manusia itu sendiri!
Gambar:
suara bergerak dari telinga ke otak dan memengaruhi sel-sel otak.
Akhir-akhir ini para ilmuwan menemukan bahwa suara memiliki daya
penyembuh yang ajaib dan afek mengagumkan terhadap sel-sel otak, dimana
ia bekerja untuk mengembalikan keseimbangan ke seluruh tubuh! Bacaan
al-Qur'an memiliki efek luar biasa terhadap sel-sel dan dapat
mengembalikan keseimbangan. Otak merupakan organ yang mengontrol tubuh,
dan darinya muncul perintah untuk relaksasi organ-organ tubuh, khususnya
sistem kekebalan tubuh.
Fabian,
seorang peneliti sekaligus musisi, meletakkan sel-sel darah dari tubuh
yang sehat dan menghadapkannya pada berbagai macam suara. Ia menemukan
bahwa setiap not skala musik dapat memengaruhi medan elektromagnetik
sel. Ketika ia memotret sel ini dengan kamera Kirlian, ia menemukan
bahwa bentuk dan nilai medan elektromagnetik sel itu berubah sesuai
dengan frekuensi-frekuensi suara dan tipe suara orang yang membaca.
Kemudian ia membuat eksperimen lain dengan meletakkan darah orang sakit,
memonitornya dengan kamera Kirlian, dan meminta pasien untuk membuat
berbagai macam suara. Ia menemukan, sesudah memproses gambar, bahwa not
tertentu dapat mengakibatkan perubahan pada medan elektromagnetiknya dan
menggetarkannya secara seutuhnya dengan merespon suara pemiliknya.
Akhirnya
ia menyimpulkan bahwa ada not-not tertentu yang bisa memengaruhi
sel-sel dan membuatnya lebih vital dan aktif, bahkan meregenerasinya. Ia
menarik suatu hasil yang penting: suara manusia memiliki pengaruh yang
kuat dan unik terhadap sel-sel tubuh; pengaruh ini tidak ditemukan pada
instrumen lain.
Peneliti
ini menyatakan, ‘Suara manusia memiliki nada spiritual khusus yang
membuatnya menjadi sarana pengobatan yang paling kuat.' Fabien menemukan
bahwa beberapa suara dapat menghancurkan sel-sel kanker, dan pada waktu
yang sama dapat mengaktifkan sel-sel yang sehat.
Gambar:
Sel kanker hancur hanya dengan frekuensi-frekuensi suara! Itulah
mengapa bacaan al-Qur'an memiliki pengaruh yang besar terhadap kanker
yang paling berbahaya dan penyakit yang sangat akut!
Tetapi,
apakah pengaruh ini hanya terbatas pada sel-sel? Jelas bahwa suara
dapat memengaruhi segala sesuatu di sekitar kita. Inilah yang dibuktikan
Masaru Emoto, ilmuwan Jepang, dalam eksperimennya terhadap air. Ia
menemukan bahwa medan elektromagnetik pada molekul-molekul air itu
sangat terpengaruh oleh suara, dan ada suara-suara tertentu yang
memengaruhi molekul dan membuatnya lebih teratur.
Apabila
kita mengingat bahwa 70% tubuh manusia itu adalah air, maka suara yang
didengar manusia itu memengaruhi keteraturan molekul-molekul air pada
sel-sel tubuh, dan juga memengaruhi molekul-molekul itu bergetar,
sehingga dapat memengaruhi kesehatannya.
Para
peneliti lain mengonfirmasi bahwa suara manusia dapat mengobati banyak
macam penyakit termasuk kanker. Para terapis juga menyetujui bahwa ada
suara-suara tertentu yang lebih efektif dan memiliki kekuatan penyembuh,
khususnya dalam meningkatkan sistem kekebatan tubuh.
Gambar:
bentuk molekul air berubah ketika dihadapkan pada suara. Jadi, suara
itu berpengaruh sangat besar terhadap air yang kita minum. Apabila Anda
membacakan al-Qur'an pada air, maka karakteristiknya akan berubah dan
air itu akan mentransfer efek-efek al-Qur'an itu kepada setiap sel dalam
tubuh, sehingga mengakibatkannya sembuh. Dalam gambar kita melihat
molekul air yang didinginkan. Medan elektromagnetik di sekitar molekul
ini berubah secara kontinu disebabkan efek suara.
Bagaimana al-Qur'an mengobati?
Sekarang,
mari kita jawab pertanyaan penting: apa yang terjadi pada sel-sel tubuh
dan bagaimana suara itu bisa mengobati? Bagaimana suara ini berpengaruh
pada sel-sel yang rusak dan mengembalikan keseimbangannya? Dengan kata
lain, bagaimana mekanisme pengobatannya?
Para
dokter selalu mencari jalan untuk menghancurkan beberapa virus. Apabila
kita berbicara tentang mekanisme virus ini, apa yang membuatnya
bergerak dan menemukan jalannya kepada sel? Siapa yang memberi virus itu
informasi sehingga bisa menyerang sel dan berkembang biak di dalamnya?
Apa yang menggerakkan sel-sel untuk menyerang virus agar
menghancurkannya, sementara ia lemah terhadap virus lain?
Gambar:
Virus dan kuman juga bergetar dan sangat terpengaruh oleh vibrasi
suara, khususnya suara bacaan al-Qur'an. Suara al-Qur'an dapat
menghentikan mereka, dan pada waktu yang sama meningkatkan aktivitas
sel-sel sehat dan membangkitkan program yang terkacaukan di dalamnya
agar siap bertempur melawan virus dan kuman.
Bacaan
al-Qur'an itu terdiri dari sekumpulan frekuensi yang sampai ke telinga,
lalu bergerak ke sel-sel otak, dan memengaruhinya melalui medan
elektronik, lalu frekuensi-frekuensi tersebut mengaktifkan sel-sel.
Sel-sel akan merespon medan itu dan memodifikasi vibrasi-vibrasinya.
Perubahan pada vibrasi inilah yang kita rasakan dan pahami sesudah
mengalami dan mengulangi.
Ini
merupakan sistem alamiah yang diberikan Allah pada sel-sel otak. Ini
merupakan sistem keseimbangan yang natural. Inilah yang difirmankan
Allah kepada kita di dalam al-Qur'an al-Karim, ‘Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.' (ar-Rum: 30)
Gambar:
Gambaran riil sel darah yang dihadapkan pada suara sehingga medan
elektromagnetik di sekitarnya berubah. Suara bacaan al-Qur'an membuat
sel menjadi lebih kuat untuk melawan virus dan kerusakan akibat penyakit
menular.
Ayat-Ayat Obat
Setiap
ayat dalam al-Qur'an memiliki daya penyembuh untuk penyakit tertentu.
Tetapi yang ditekankan Rasulullah saw adalah beberapa surat dan ayat
tertentu, seperti membaca al-Fatihah 7 kali, membaca ayat Kursi, dua
ayat terakhir surat surat al-Baqarah, dan tiga surat terakhir al-Qur'an.
Anda
juga memilih ayat-ayat yang sesuai untuk mengobati penyakit Anda.
Sebagai contoh, jika anda merasa gelisah, maka fokuskan pada bacaan
surat asy-Syarh. Dan jika Anda sakit kepala, maka bacalah ayat: ‘alau
sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.
Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berpikir.' (al-Hasyr: 21)
Nabi
saw membaca ta'awudz ratusan kali setiap hari. Beliau memohon kepada
Allah untuk melindunginya dari berbagai hal buruk, termasuk penyakit.
Kita juga sangat dianjurkan untuk membaca surat al-Falaq dan an-Nas
setiap hari. Semoga Allah menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi kita
dari setiap penyakit, lahir dan batin.
(Arrahmah.com)
– Ada banyak penyakit setiap hari yang sembuh dengan membaca Al-Quran.
Kita tidak dapat membantah hal itu karena kesembuhan memang terjadi. Hal
itu terjadi pada saya (Abduldaem Al-Kaheel – penyusun artikel) ketika
saya membaca ayat-ayat tertentu untuk khusus penyakit dan penyakit itu
sembuh! (atas izin Allah).
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
Struktur dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita adalah sel; setiap sel terbuat dari milyaran atom dan setiap atom terbuat dari nukleus positif dan elektron negatif yang berotasi di sekitarnya; karena rotasi ini sebuah medan elektromagnetik dihasilkan serupa dengan medan-medan yang dihasilkan oleh sebuah mesin.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
Permulaan
Ketika kita merenungkan alam semesta di sekeliling kita, kita melihat bahwa setiap atom bergetar dalam frekuensi tertentu, apakah atom ini bagian dari logam, air, sel atau apapun. Sehingga setiap benda di dalam alam semesta ini bergetar, hal ini memberikan fakta ilmiah.Struktur dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita adalah sel; setiap sel terbuat dari milyaran atom dan setiap atom terbuat dari nukleus positif dan elektron negatif yang berotasi di sekitarnya; karena rotasi ini sebuah medan elektromagnetik dihasilkan serupa dengan medan-medan yang dihasilkan oleh sebuah mesin.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
(Arrahmah.com)
– Ada banyak penyakit setiap hari yang sembuh dengan membaca Al-Quran.
Kita tidak dapat membantah hal itu karena kesembuhan memang terjadi. Hal
itu terjadi pada saya (Abduldaem Al-Kaheel – penyusun artikel) ketika
saya membaca ayat-ayat tertentu untuk khusus penyakit dan penyakit itu
sembuh! (atas izin Allah).
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
Struktur dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita adalah sel; setiap sel terbuat dari milyaran atom dan setiap atom terbuat dari nukleus positif dan elektron negatif yang berotasi di sekitarnya; karena rotasi ini sebuah medan elektromagnetik dihasilkan serupa dengan medan-medan yang dihasilkan oleh sebuah mesin.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.
Permulaan
Ketika kita merenungkan alam semesta di sekeliling kita, kita melihat bahwa setiap atom bergetar dalam frekuensi tertentu, apakah atom ini bagian dari logam, air, sel atau apapun. Sehingga setiap benda di dalam alam semesta ini bergetar, hal ini memberikan fakta ilmiah.Struktur dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita adalah sel; setiap sel terbuat dari milyaran atom dan setiap atom terbuat dari nukleus positif dan elektron negatif yang berotasi di sekitarnya; karena rotasi ini sebuah medan elektromagnetik dihasilkan serupa dengan medan-medan yang dihasilkan oleh sebuah mesin.
- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/03/21/kekuatan-penyembuhan-dengan-al-quran-berdasarkan-penelitian-ilimah.html#sthash.O0ohmo4I.dpuf
.................... Boleh ya narsis sesekali, hehe
Pesan asy syahid imam hasan albanna :
*hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah.. mengingat akhirat.. mempersiapkan diri untuk menghadapinya..
*menempuh fase demi fase perjalanan menuju keridhoan Allah swt dengan penuh semangat dan tekad membaja
*mendekatkan diri kepada Allah swt dengan melakukan ibadah ibadah sunnah seperti shalat malam.. berpuasa minimal tiga hari setiap bulan
*memperbanyak zikir dengan hati maupun lisan.. dan memperhatikan doa doa yang berkaitan dengan berbagai even
Hal itu tak mudah.. tapi tetap OPTIMIS!!!
Kekuatan dari Allah.. Bismillah.... ^^
Fleksibilitasi, Kunci Kebahagiaan
Pasangan yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai
perubahan, dan memiliki kemampuan untuk mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin timbul, biasanya memiliki hubungan yang kuat dan dapat
bertahan lama.
Menerima berbagai perubahan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya memang tidak mudah. Untuk itu diperlukan sikap menerima keadaan, belajar menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi terhadap berbagai hal baru yang ditemui dalam perjalanan pernikahan. Sikap saling mengerti dan memahami kesulitan masing-masing dalam beradaptasi menumbuhkan rasa kebersamaan saat mencari solusi yang tepat dalam menyelaraskan hubungan.
Terbukalah kepada pasangan. Ungkapkan hal-hal yang mengganjal selama proses penyesuaian diri dengan berbagai perubahan yang muncul. Dan, komunikasikan berbagai keinginan dan harapan Anda dengan jelas.
Anda juga perlu sabar mendengarkan pesan yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan yang disampaikan pasangan. Komunikasi yang baik mendukung proses penyesuaian diri, serta menimbulkan rasa kebersamaan yang kuat untuk menghadapi segala masalah yang mungkin menghadang.
Menerima berbagai perubahan yang tidak bisa diramalkan sebelumnya memang tidak mudah. Untuk itu diperlukan sikap menerima keadaan, belajar menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi terhadap berbagai hal baru yang ditemui dalam perjalanan pernikahan. Sikap saling mengerti dan memahami kesulitan masing-masing dalam beradaptasi menumbuhkan rasa kebersamaan saat mencari solusi yang tepat dalam menyelaraskan hubungan.
Terbukalah kepada pasangan. Ungkapkan hal-hal yang mengganjal selama proses penyesuaian diri dengan berbagai perubahan yang muncul. Dan, komunikasikan berbagai keinginan dan harapan Anda dengan jelas.
Anda juga perlu sabar mendengarkan pesan yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan yang disampaikan pasangan. Komunikasi yang baik mendukung proses penyesuaian diri, serta menimbulkan rasa kebersamaan yang kuat untuk menghadapi segala masalah yang mungkin menghadang.
Anak-Anak Karbitan
Hari ini menemukan artikel lama yang
menarik. Mudah-mudahan bermanfaat untuk refleksi kita semua sebagai
orangtua. Artikel ini ditulis oleh Dewi Utama Faizah, bekerja di
Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program
Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari
Indonesia Heritage Foundation.
Berikut ini artikel selengkapnya:
Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…
Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…
Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana
mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga
persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak
mereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri
dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk
anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam
bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga
jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak
cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat
dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia
pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh
tawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua …
Captive market! Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam.
Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi
di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang
patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir
sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini
melakukan kesalahan. Di samping ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang
tua akibat ketidak tahuannya!
Anak-Anak Yang Digegas…
Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap
anak. Diantaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan
intelektual secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak ajaib dengan
kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani
akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan
kecakapan-kecakapan akademik di dalam dan di luar sekolah. Kasus yang
pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan ini terjadi
pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker. Terjadi pada
seorang anak yang bernama William James Sidis, putra seorang psikiater.
Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk Harvard College
walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika
begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak jenius
menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James
Thurber, seorang wartawan terkemuka, pada suatu hari menemukan seorang
pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak
ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum
pada beberapa waktu silam.
Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi
pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, di
mana seorang Ibu yang bernama Aaron Stern telah berhasil melakukan
eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan
kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu
lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang
bayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakan bahasa orang dewasa.
Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata
baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat
berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah
menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun ia membaca
enam buah buku dan Koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun
dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 tahun la menjadi guru
matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan
Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak
berhingga.
Namun khabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia
dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia menjadi anak, tidak
menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia menjadi
manusia dewasa. Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang
terkenal yang berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat
mereka kecil mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel
sebagai murid yang dungu.
Seperti halnya Einstien yang mengalami kesulitan belajar hingga kelas
3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka melamun. Selama
berpuluh-puluh tahun orang begitu yakin bahwa keberhasilan anak di masa
depan sangat ditentukan oleh faktor kognitif. Otak memang memiliki
kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh karena itu banyak
orangtua dan para pendidik tergoda untuk melakukan “Early Childhood
Training”. Era pemberdayaan otak mencapai masa keemasannya. Setiap
orangtua dan pendidik berlomba-lomba menjadikan anak-anak mereka menjadi
anak-anak yang super (Superkids). Kurikulum pun dikemas dengan muatan
90 % bermuatan kognitif yang mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara
fungsi belahan otak kanan hanya mendapat porsi 10% saja.
Ketidakseimbangan dalam memfungsikan ke dua belahan otak dalam proses
pendidikan di sekolah sangat mencolok. Hal ini terjadi sekarang di
mana-mana, di Indonesia.
“Early Ripe, early Rot…!”
Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun
1990 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan
pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua merasa
apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka berhitung,
membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan kehilangan “peluang
emas” bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka memasukkan anak-anak
mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak-kanak (Pra Sekolah). Taman
Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-anak yang masih berusia
di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini gurunya membelajarkan
membaca dan berhitung secara formal sebagai pemula.
Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika
sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957. Mulailah
“Era Headstart” merancah dunia pendidikan. Para akademisi begitu
optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak sebanyak dan
sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak tahu banyak
tentang anak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan sebagai anak.
Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome
Bruner, seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah
buku terkenal “The Process of Education” pada tahun 1990. Ia menyatakan
bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak berhingga. Inilah buku
suci pendidikan yang mereformasi kurikulum pendidikan di Amerika . “We
begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in
some intellectually honest way to any child at any stage of
development”.
Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang di salahartikan
oleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan
dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat mereka
cepat matang dan cepat busuk… early ripe, early rot!
Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga
usia SD. Di rumah para orangtua kemudian juga melakukan hal yang sama,
yaitu mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca ketika Glenn
Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi membaca.
Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan konsep
“kesiapan-readiness ” dalam ilmu psikologi perkembangan temuannya yang
mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat tentang “biological
limititations on learning’. Untuk itu ia menekankan perlunya dilakukan
intervensi dini dan rangsangan inlelektual dini kepada anak agar mereka
segera siap belajar apapun.
Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di
sekolah membuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak menjadi
“miniature orang dewasa “. Lihatlah sekarang, anak-anak itu juga
bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka berpakaian
seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang dewasa. Di sisi
lain media pun merangsang anak untuk cepat mekar terkait dengan musik,
buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah maraknya program teve yang
belum pantas ditonton anak anak yang ditayangkan di pagi atau pun sore
hari. Media begitu merangsang keingintahuan anak tentang dunia seputar
orang dewasa. sebagai seksual promosi yang menyesatkan. Pendek kata
media telah memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku anak tumbuh kembang
secara cepat.
Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak?
Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan
seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu
dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa saja
anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa, tetapi
perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. Anak-anak memang terlihat
tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua hal. Tumbuh mekarnya
emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya kecerdasan (intelektual)
anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih rumit dan sukar, terkait
dengan berbagai keadaan, Cobalah perhatikan, khususnya saat perilaku
anak menampilkan gaya “kedewasaan “, sementara perasaannya menangis
berteriak sebagai “anak”.
Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas
seorang anak laki-laki “Heintje” di era tahun 70-an… I’m Nobody’S Child
I’M NOBODY’S CHILD I’M nobody’s child I’m nobodys child Just like a
flower I’m growing wild No mommies kisses and no daddy’s smile Nobody’s
louch me I’m nobody’s child.
Dampak berikutnya terjadi … ketika anak memasuki usia remaja. Akibat
negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia memasuki usia
remaja. Mereka tidak segan segan mempertontonkan berbagai macam
perilaku yang tidak patut. Patricia O’Brien menamakannya sebagai “The
Shrinking of Childhood”. Lu belum tahu ya… bahwa gue telah melakukan
segalanya”, begitu pengakuan seorang remaja pria berusia 12 tahun kepada
teman-temannya. “Gue tahu apa itu minuman keras, drug, dan seks ”
serunya bangga.
Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan
bagaimana pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai
gangguan kepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua
menjadi cepat mekar…. kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak
dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh,
untuk belajar dan untuk berkembang, sebuah proses dalam kehidupannya !
Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke
atas yang berkarier di luar rumah tidak memiliki waktu banyak dengan
anak-anak mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia
lebih mengandalkan tenaga “baby sitter” sebagai pengasuh anak-anaknva.
Colette Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini sebagai “Cinderella
Syndrome” yang senang window shopping, ikut arisan, ke salon memanjakan
diri, atau menonton telenovela atau buku romantis. Sebagai bentuk ilusi
menghindari kehidupan nyata yang mereka jalani.
Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di
lembaga pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut
berbagai Les, dan mengikuti berbagai arena, seperti lomba penyanyi
cilik, lomba model ini dan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga
jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah.
Sementara orangtua yang sibuk juga mewakilkan diri mereka kepada baby
sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. Tidak jarang
para baby sitter ini mengikuti pendidikan parenting di lembaga
pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang tua.
ERA SUPERKIDS
Kecenderungan orangtua menjadikan anaknva “be special ” daripada “be
average or normal” semakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin
anak-anak mereka menjadi “to excel to be the best”. Sebetulnya tidak ada
yang salah. Namun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai mengikuti
berbagai kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka mengikuti
beragam kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik, sempoa, renang,
basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan banyak lagi
lainnya…maka lahirlah anak-anak super—”SUPERKIDS’ “. Cost merawat anak
superkids ini sangat mahal.
Era Superkids berorientasi kepada “Competent Child”. Orangtua saling
berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya “earlier is
better”. Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam
pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin baik. Neil
Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan bahwa jika
anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah… ketika anak
anak itu menjadi dewasa, maka ia akan menjadi orang dewasa yang ke
kanak-kanakan!
BERBAGAI GAYA ORANGTUA
Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan
berbagai gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan kesalahan
“mis-education” terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya. Elkind
(1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan, antara
lain:
Gourmet Parents– (ORTU B0RJU)
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah
bagus, mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia,
dengan gaya hidup kebarat baratan. Apabila menjadi orangtua maka mereka
akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya merawat karier dan
harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku akan dibaca
karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh anak. Mereka
sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti halnya membangun
karier, maka “superkids” merupakan bukti dari kehebatan mereka sebagai
orangtua. Orangtua kelompok ini memakaikan anak-anaknya baju-baju mahal
bermerek terkenal, memasukkannya ke dalam program-program eksklusif yang
prestisius. Keluar masuk restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka
sudah diajak tamasya keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu
saat kita melihat sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh
berbagai merek mobil terkenal, maka itulah sekolah banyak kelompok
orangtua “gourmet ” atau kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya.
College Degree Parents — (ORTU INTELEK )
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka “Superkids “, apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah.
Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding dan kegiatan ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga tergiur menjadikan anak-anak mereka “Superkids “, apabila si anak memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di sekolah anak anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan peduli dengan kondisi sekolah.
Gold Medal Parents –(ORTU SELEBRITIS )
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia . Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan menjadi “seorang Bintang Sejati “. Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi “Sang Juara”, mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK.
Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dan sains yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia . Ada juga gelanggang seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat meraih kemenangan dan menjadi “seorang Bintang Sejati “. Sejak dini mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi “Sang Juara”, mulai dari juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik kelika anak-anak mereka masih berusia TK.
Sebagai ilustrasi dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang
puluhan anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu di
mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok, dan
acara yang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta. Anak-anak
mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi mascara
anak kecil mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk
anak-anaknya bersabar.
Mengharapkan acara segera di mulai dan anaknya akan kelular sebagai
pemenang. Sementara pihak penyelenggara mengusir panas dengan berkipas
kertas. Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku
ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-an
seorang gadis kecil pesenam usia TK mengalami kelainan tulang akibat
ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus “bintang cilik” Yoan
Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa
kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba
hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje yang
setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal parent
menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!
Pada tanggal 29 Mei lalu kita saksikan di TV bagaimana bintang cilik
“Joshua” yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan orangtuanya.
Orangtua Joshua berambisi untuk kembali menjadikan anaknya seorang
bintang dengan kembali menggelar konser tunggal. Sebagian dari kita
tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya Joshua ketika berumur
kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak ajaib karena dapat
menghapal puluhan nama-nama kepala negara. Kemudian di usia balitanya
dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita kagum bagaimana seorang bapak
yang tamatan SMU dan bekerja di salon dapat membentuk dan menjadikan
anaknya seorang “superkid” –seorang penyanyi sekaligus seorang bintang
film….
Do-it Yourself Parents
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayan professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya “Superkids” –earlier is better”. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayan professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu dan di perpustakaan. Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya “Superkids” –earlier is better”. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.
Outward Bound Parents— (ORTU PARANOID)
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep “Superkids”. Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya “Karate, Yudo, pencak Silat” sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi “steril” dengan lingkungannya.
Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat tawuran yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima konsep “Superkids”. Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya “Karate, Yudo, pencak Silat” sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-anaknya adalah bahwa mereka terlalu berlebihan melihat marabahaya di luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak. Akibatnya anak-anak mereka menjadi “steril” dengan lingkungannya.
Prodigy Parents –(ORTU INSTANT)
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka cukup berada, namun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya.
Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka cukup berada, namun tidak berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka juga memandang sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan menumpulkan kemampuan anak-anaknya.
Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan
hebat dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti apa
yang cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka sangat
mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak tanpa
bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka sukai.
Misalnya buku tentang “Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca” karangan
Glenn Doman , atau “Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika” karangan
Siegfried, “Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang” karangan Therese
Engelmann, dan “Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca Dalam Waktu 9
Hari” karangan Sidney Ledson.
Encounter Group Parents–( ORTU NGERUMPI )
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya.
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan. Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam perkawinannya.
Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship
dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok ini
sering melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan
berbagai perilaku “gang ngrumpi” yang terkadang mengabaikan anak.
Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga
mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka
memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada kepentingan
kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh dan latah untuk
memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan anak-anak mereka
sebagai “Superkids” juga sangat diharapkan. Namun banyak dari anak anak
mereka biasanya kurang menampilkan minat dan prestasi yang diharapkan.
Milk and Cookies Parents-(ORTU IDEAL)
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan.
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan manis. Mereka cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan.
Kelompok ini tidak berpeluang menjadi orangtua yang melakukan
“miseducation” dalam merawat dan mengasuh anak-anaknya. Mereka
memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan penuh
perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang tua.
Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan
musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang makan,
bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-anak mereka
untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak mereka pun
meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah yang
menyebabkan. Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang
sehat pada anak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan
belajar.
Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya
dengan patut kepada anak-anak mereka. Mereka begitu yakin bahwa anak
membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri
keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain mereka percaya bahwa
anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagi
mereka setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan
kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!
Kamu harus tahu bahwa tiada satu pun yang lebih tinggi, atau lebih
kuat, atau lebih baik, atau pun lebih berharga dalam kehidupan nanti
daripada kenangan indah; terutama kenangan manis di masa kanak-kanak.
Kamu mendengar banyak hal tentang pendidikan, namun beberapa hal yang
indah, kenangan berharga yang tersimpan sejak kecil adalah mungkin itu
pendidikan yang terbaik. Apabila seseorang menyimpan banyak kenangan
indah di masa kecilnya, maka kelak seluruh kehidupannya akan
terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu saja kenangan indah yang
tersiampan dalam hati kita, maka itulah kenangan yang akan memberikan
satu hari untuk keselamatan kita” (destoyevsky’ s brothers karamoz)
PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah “Industri” dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai “Operator kurikulum” dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah. Sebagai guru kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi “pengabar isi buku pelajaran” ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akan menggunakan “mesin-mesin dalam menskor” capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak.
Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah terlihat sebagai sebuah “Industri” dengan tawaran-tawaran menarik yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. Tugas-tugas dalam bentuk hanya lembaran kerja. Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai “Operator kurikulum” dan tidak punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai administrator sekolah. Sebagai guru kelas yang mengawasi dan mengajar terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi “pengabar isi buku pelajaran” ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu sekolah akan menggunakan “mesin-mesin dalam menskor” capaian prestasi yang diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan di sekolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak.
Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan
organisasi sebuah birokrasi? Manfaat apa yang dirasakan anak jika mereka
diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di
pemerintahan? Manfaat apa yang dimiliki anak jika ia disuruh menghapal
kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran? Tumpulnya rasa dalam
mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang direfleksikan
dalam sanubari dan perilaku-perilaku keseharian mereka sebagai anak
menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang pengetahuan yang
dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum
persekolahan, namun mereka bingung mengimplementasikan dalam kehidupan
nyata. Sepanjang hari mereka bersekolah di sekolah untuk sekolah? dengan
tugas-tugas dan PR yang menumpuk….
Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah
untuk menyongsong kehidupannya! Lihatlah, mereka semua belajar dengan
cara yang sama. Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. Paulo
Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan “pedagogy of the
oppressed” terhadap anak-anak didiknya. Di mana guru mengajar, anak
diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru
berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan, guru
mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan
pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya
membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program dan
anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah objek
dari proses pembelajaran (Freire,1993). Model pembelajaran banking
system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan terbesar.
Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking wilayah….
Mengkompetensi Anak— merupakan ” KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN”
Anak adalah anugrah Tuhan… sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasa yang bertanggungjawab. “(Nature versus Nurture) bagaimana ?” Karena ada dua pengertian kompetensi. kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.
Anak adalah anugrah Tuhan… sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasa yang bertanggungjawab. “(Nature versus Nurture) bagaimana ?” Karena ada dua pengertian kompetensi. kompetensi yang datang dari kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.
Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John
Watson (psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat
ditempa menjadi apapun sesuai kehendak kita; sebagai komponen sentral
dari konsep kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pembelajar, maka
mereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.
Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut : “Give
me a dozen healthy infants, well formed and my own special world to
bring them up in, and I’ll guarantee you to take any one at random and
train him to become any type of specialist I might select — doctor,
lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar and thief regardless
of this talents, penchants, tendencies, vocations, and race of his
ancestors ”
Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan “intervensi
dini” setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada
anak-anaknya. Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut New
Jersey pada tahun 1979. Di mana guru-guru melakukan serangkaian program
tes untuk mengukur “Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic Skill)” dalam
mata pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari pelaksanaan program
ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred Hechinger kepada New York Times
sebagai berikut : “The improvement in those areas were not the result of
any magic program or any singular teaching strategy, they were… simply
proof that accountability is crucial and that, in the past five years,
it has paid off in New Yersey.”
Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia seperti
Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang
diilustrasikan sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami keterlambatan
dalam akademik ketika mereka bersekolah di SD kelas rendah. Semestinya
kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini sangat berbahaya jika
dibuatkan kompetensi-kompetensi perolehan pengetahuan hanya secara
kognitif.
Oleh karena hingga hari ini sekolah belum mampu menjawab dan dapat
menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran.
Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti
emosi, sosial, kognitif pisik, dan moral belum dapat dikemas dalam
pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan sejati
adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang dimiliki
anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk dibelajarkan. Bukan
anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja!. Pendidikan sejati
bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yang berkeping-keping,
tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus menerus merawat minat
dan keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali tumbuh kembang yang
terjadi secara berkelangsungan dalam kehidupannya. Perilaku
keingintahuan -”curiosity” inilah yang banyak tercabut dalam sistem
persekolahan kita. Akademik Bukanlah Keutuhan Dari Sebuah Pendidikan!.
“Empty Sacks will never stand upright” — George Eliot
Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif
melalui kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan
membangun secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang dimiliki
anak didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati. dan pisik
anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup mereka. Di
sinilah dibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik akademik dan
pendidik sanubari “karakter”. Di mana mereka mendidik anak menjadi “good
and smart ” terang hati dan pikiran.
Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan “how learn to learn” pada
anak didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan kepada
anak didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir tinggi,
dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup yang mereka
hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan yang terbina
dengan baik yang melibatkan aspek kognitif dan emosi, akan melahirkan
berbagai kreativitas.
Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya
berjam-jam untuk belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison mengatakan
bahwa “genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration “.
Semangat belajar “encourage” tidak dapat muncul tiba-tiba di diri
anak. Perlu proses yang melibatkan hati, kesukaan dan kecintaan belajar.
Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena gurunya yang tidak
mencintai mereka sebagai anak. Selanjutnya misi sekolah lainnya yang
paling fundamental adalah mengalirkan “moral litermy” melalui pendidikan
karakter. Kita harus ingat bahwa kecerdasan saja tidak cukup.
Kecerdasan plus karakter inilah tujuan sejati sebuah pendidikan (Martin
Luther King, Jr ). lnilah keharmonisan dari pendidikan, bagaimana
menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan, antara kecerdasan hati dan
pikiran, antara pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik ….
PENUTUP
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan terang pikiran “good and smart” merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.
Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia yang terang hati dan terang pikiran “good and smart” merupakan tugas kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada sekarang ini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak. Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.
Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini
kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi “SUPERKIDS”. Inilah
fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal dari
lahirnya era anak-anak karbitan! Lihatlah nanti ketika anak-anak
karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa yang
ke kanak-kanakan.
http://rumahinspirasi.com/anak-anak-karbitan/
Minggu, 06 April 2014
:')
“Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi hari dalam keadaan lapa, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibn Mubarak, Hakim, Musnad asy-Syihab. Sanadny disahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Albani)
“Sesungguhnya Allah berfirman, “ Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-KU, niscaya Aku penuhi di dalam dada dengan kekayaan dan semua kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan (tidak taat) Aku penuhi dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebuthanmu (tidak ada hasilnya semua usaha).” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim dari Abu Hurairah. Al-Albani mensahihkannya)
Rezeki telah diatur.. kita berusaha.. berusaha mencari keberkahan d dalamnya..
One Day, One Juz Sahabat...
13 MANFAAT MEMBACA AL - QUR'AN
Bismillahirrahmanirrahiim
1. Ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca setiap hari akan memberikan motivasi dan penyemangat bagi si pembacanya.
2. Ketika membaca al-Qur'an, Allah akan menegur diri kita pada setiap ayat-ayat-Nya.
3. Bacaan al-Qur'an yang melibatkan emosi akan memberikan kedamaian dan ketenangan yang tidak bisa dilukiskan, seperti yang dialami dan dirasakan oleh Sayyid Quthb Rahimahullah.
4. Orang yang membaca al-Qur'an akan senantiasa ingat Allah dan kembali kepada-Nya.
5. Orang yang membaca al-Qur'an akan selalu berada dalam kecukupan dan nikmat Allah meski ia merasakan serba kurang di dunia.
6. Ayat-ayat Allah akan menjadi penjaganya selama ia hidup di dunia, karena ia telah menjaga ayat-ayat-Nya.
7. Orang yang paham al-Qur'an adalah orang yang memiliki banyak ilmu.
8. Orang yang membaca al-Qur'an bagaikan orang yang sedang menyelami samudera kehidupan, dan mengambil manfaat darinya.
9. Orang yang selalu akrab dengan ayat-ayat akan diberikan jiwa yang sejuk, hati yang damai dan pikiran yang jernih, sehingga membuatnya ingin selalu beramal, kreatif, inovatif dan produktif.
10. Orang yang membaca al-Qur'an akan selalu berada dalam kegembiraan dan penuh harapan, di saat orang lain merasakan kesedihan, kecemasan dan rasa pesimis. Karena diri mereka selalu dipompa dengan siraman ayat-ayat-Nya yang lembut.
11. Orang yang rajin membaca al-Qur'an akan selalu diberikan jalan kemudahan dan petunjuk sehingga tidak mudah untuk menyimpang dan menyerah karena ayat-ayat Allah akan selalu mengingatkan dirinya ketika dirinya 'tersandung dosa dan maksiat.'
12. Orang yang membaca dan menjaga al-Qur'an selalu berada dalam lindungan dan penjagaan Allah.
13. Ayat-ayat al-Qur'an mengajak pembacanya untuk senantiasa berpikir, merenung dan beramal sebanyak-banyaknya.
Dan masih banyak manfaat-manfaat lainnya yang terus update dengan kondisi kehidupan kita ... Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu belajar dan meningkatkan diri untuk lebih dekat lagi dengan al-Qur'an ... Amiin ...
Sumber: cikoc212.blogspot.com
#IndonesiaMengaji
1. Ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca setiap hari akan memberikan motivasi dan penyemangat bagi si pembacanya.
2. Ketika membaca al-Qur'an, Allah akan menegur diri kita pada setiap ayat-ayat-Nya.
3. Bacaan al-Qur'an yang melibatkan emosi akan memberikan kedamaian dan ketenangan yang tidak bisa dilukiskan, seperti yang dialami dan dirasakan oleh Sayyid Quthb Rahimahullah.
4. Orang yang membaca al-Qur'an akan senantiasa ingat Allah dan kembali kepada-Nya.
5. Orang yang membaca al-Qur'an akan selalu berada dalam kecukupan dan nikmat Allah meski ia merasakan serba kurang di dunia.
6. Ayat-ayat Allah akan menjadi penjaganya selama ia hidup di dunia, karena ia telah menjaga ayat-ayat-Nya.
7. Orang yang paham al-Qur'an adalah orang yang memiliki banyak ilmu.
8. Orang yang membaca al-Qur'an bagaikan orang yang sedang menyelami samudera kehidupan, dan mengambil manfaat darinya.
9. Orang yang selalu akrab dengan ayat-ayat akan diberikan jiwa yang sejuk, hati yang damai dan pikiran yang jernih, sehingga membuatnya ingin selalu beramal, kreatif, inovatif dan produktif.
10. Orang yang membaca al-Qur'an akan selalu berada dalam kegembiraan dan penuh harapan, di saat orang lain merasakan kesedihan, kecemasan dan rasa pesimis. Karena diri mereka selalu dipompa dengan siraman ayat-ayat-Nya yang lembut.
11. Orang yang rajin membaca al-Qur'an akan selalu diberikan jalan kemudahan dan petunjuk sehingga tidak mudah untuk menyimpang dan menyerah karena ayat-ayat Allah akan selalu mengingatkan dirinya ketika dirinya 'tersandung dosa dan maksiat.'
12. Orang yang membaca dan menjaga al-Qur'an selalu berada dalam lindungan dan penjagaan Allah.
13. Ayat-ayat al-Qur'an mengajak pembacanya untuk senantiasa berpikir, merenung dan beramal sebanyak-banyaknya.
Dan masih banyak manfaat-manfaat lainnya yang terus update dengan kondisi kehidupan kita ... Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu belajar dan meningkatkan diri untuk lebih dekat lagi dengan al-Qur'an ... Amiin ...
Sumber: cikoc212.blogspot.com
#IndonesiaMengaji
Tahukah sahabat?
Abdullah bin masud ra berkata :
"Barangsiapa membaca 'tabarakalladzi biyadihil mulku....' setiap malam maka dengan surat itu Allah akan mencegahnya dari adzab kubur.
Pada zaman Rasulullah saw kami menamakan surat itu 'al mani'ah' (yang mencegah). Surat tersebut dalam Alquran..
Barangsiapa membacanya pada waktu malam maka dia telah memperbanyak (tilawah) dan memperbaikinya"
(Hr.nasai dan hakim meriwayatkan hadits serupa serta menyatakannya shahih)
Masyaallah... mulianya Alquran. Begitupun pada setiap surat surat di dalamnya..
"Barangsiapa membaca 'tabarakalladzi biyadihil mulku....' setiap malam maka dengan surat itu Allah akan mencegahnya dari adzab kubur.
Pada zaman Rasulullah saw kami menamakan surat itu 'al mani'ah' (yang mencegah). Surat tersebut dalam Alquran..
Barangsiapa membacanya pada waktu malam maka dia telah memperbanyak (tilawah) dan memperbaikinya"
(Hr.nasai dan hakim meriwayatkan hadits serupa serta menyatakannya shahih)
Masyaallah... mulianya Alquran. Begitupun pada setiap surat surat di dalamnya..
Sabtu, 05 April 2014
Indahnya Menjadi Minoritas
YOU CAN BE ANYTHING, AND BE MINORITY!
Oleh Sukiman
Kontribusi Pendidikan
Tidak
berlebihan predikat sebagai pengawal masa depan bangsa diberikan kepada
guru. Pasalnya, pendidikan masih diyakini secara umum sebagai
cara terbaik untuk mempersiapkan generasi masa depan. Masa depan adalah milik generasi
muda saat ini, oleh karena itu bagaimana kondisi generasi masa depan
sangat ditentukan oleh kualitas peserta didik yang saat ini masih di
meja pendidikan. Demikian pula halnya, kondisi para pemangku kepentingan
(stake holder) saat ini dari lapisan bawah sampai dengan lapisan
atas adalah cermin dari ”keberhasilan” pendidikan masa lalu, setidaknya
pendidikan yang diterima pada masa lalu berkontribusi terhadap
keberadaan mereka saat ini. Jika sekarang ini ada yang menjadi koruptor,
manipulator, dll., menunjukkan ada sesuatu yang salah dari proses
pendidikan yang mereka terima pada masa lalu.
Dan karena itu, apabila produk antagonis pendidikan tersebuttelah
mewarnai kebanyakan orang, patut dipertanyakan dan mendapat perhatian
dari insan pendidikan terkait dengan sistem penyelenggaraan pendidikan
yang dijalankan selama ini.
Suatu hal yang terterima secara umum dinyatakan bahwa pendidikan
yang berhasil ditandai, salah satunya adalah produk kelulusan siswa.
Siswa yang bermutu adalah siswa yang terukur mutu pendidikannya. Dalam
prakteknya mutu pendidikan diukur dari angka-
angka
yang diperoleh lulusan setelah mereka menempuh satu tahapan belajar
dalam kurun waktu tertentu (UTS/UAS) ataupun ujian akhir nasional (UAN).
Sementara alat ukur penentu kualitas lulusan berupa paper and pencil test,
suatu alat ukur yang hanya terkait dengan salah satu aspek pendidikan,
yaitu kognisi. Sementara aspek lain, khususnya afeksi tak terjangkau
dengan alat ukur tersebut. Pada hal aspek afektif berbicara tentang
pertumbuhan perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi dan
sikap (Krathwohl, Bloom, Masia, 1973). Satu aspek yang keberadaannya
sangat dibutuhkan agar seseorang dapat hidup dengan nyaman dengan
lingkungan (to life together). Pendidikan yang mengembangkan aspek
kognisi, dalam prakteknya mengutamakan rangsangan pada aspek
logika-matematika dan
bahasa serta keterampilan, sejatinya baru memberdayakan otak kiri.
Sementara itu otak kanan yang notabene berisi daya kreatif, seni,
imajinasi, angan-angan, dan ”melihat gambaran secara menyeluruh” belum
mendapat rangsangan yang sama sebagaimana perangsangan yang diberikan
pada belahan otak kanan. Ketimpangan perlakuan pendidikan ini diangkat
dalam suatu perumpamaan apik oleh Tony Buzan (2005), pemilik hak paten Mind Mapping, sebagai berikut:
”Jika
kami meminta Anda untuk berlari jarak pendek dengan ”seluruh
kemampuan”, yaitu menggunakan kedua tangan dan kedua kaki, dan kami
merekam penampilan Anda untuk mengamati efisiensi Anda, barangkali Anda
akan melakukannya sesuai dengan aturan yang baik, atau bahkan sangat
baik. Tetapi jika kami meminta Anda untuk mengulangi kegiatan ini,
dengan hanya memperbolehkan Anda menggunakan separo kemampuan Anda.
Untuk itu, kami mengikat pergelangan tangan kanan Anda ke pergelangan
kaki kanan Anda dan meminta Anda untuk mengulangi lari jarak pendek. De
ngan
setengah dari kemampuan yang Anda miliki, apakah hasil yang Anda capai
juga menjadi setengah efektifnya? Jelas tidak. Hasil yang dicapai akan
berkurang keefektifannya.”
Dari
penjelasan Tony Buzan tersebut menengarai bahwa jika aktivitas berfikir
hanya menggunakan daya dari satu belahan otak, diibaratkan seseorang
berdiri dan berlari dengan satu kaki. Oleh karena pemberdayaan kedua
belahan otak, sinergi otak kanan dan kiri, akan menjadikan hasil kerja
lebih efektif.
Masalah Pembaharuan dalam Pendidikan
Penyikapan segera untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan tersebut mendesak untuk segera dilakukan. Sat u
langkah ke arah perbaikan dilakukan pemerintah, dimulai dari pengubahan
paradigma pendidikan, yakni dari pembelajaran yang berorientasi kepada
guru (Teacher Centered Oriented) berubah ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning),
yang dikenal dengan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), dan konsekuensi logisnya terkait dengan kurikulum yang
semula berbasis isi (KBI) berubah pada kompetensi. Perubahan dari KBI
ke KBK dalam prakteknya tidak serta merta dapat dilaksanakan oleh pelaku
pendidikan. Hal ini dikarenakan pengubahan kebiasaan lama ke kebiasaan
baru menyangkut kepemilikan penguasaan pengetahuan terhadap sesuatu yang
baru, menuntut keterampilan baru dalam mengaplikan pengetahuan, dan yang tak kalah penting adalah keinginan (good will) pelaku pendidikan untuk melaksanakan perubahan. Pemerolehan kebiasaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Ketiga faktor penentu pembentuk kebiasaan baru,
yakni pengetahuan, keterampilan, dan keinginan keberadaannya merupakan
satu kesatuan yang mengikat satu dengan yang lainnya. Sebab pengetahuan
tanpa keterampilan dalam menerapkan pengetahuan, hanya berhenti pada
tataran teori. Sebaliknya penerapan keterampilan tanpa landasan teori
akan menghasilkan tindakan yang bersifat coba-coba. Dan kedua faktor
disebut pertama tidak akan ada maknanya manakala tidak ada faktor
ketiga, ialah keinginan dari subjek untuk melaksanakannya.
Ada dua kompetensi yang diperlukan oleh guru untuk
menimbulkan dorongan kuat untuk mewujudkan keinginan melakukan kegiatan,
yaitu Inner Competencies, dan Outer Competencies (Taufik Tea, 2009).
Inner Competencies
meliputi kecakapan dalam mengelola hal-hal yang berhubungan dengan
dunia internal guru, mencakup kemampuan memahami hakikat belajar,
meresapi hakikat mengajar, mengetahui prinsip belajar dan mengenali
peserta belajar. Kecakapan ini disebut sebagai soft skills guru. Sedangkan Outer Competencies, adalah hard skills guru,
yaitu sebuah kompetensi mengelola potensi dari luar diri guru, yaitu:
menyiapkan materi pelajaran, mengelola kelompok, menyampaikan pelajaran,
mengkondisikan kelas. Dengan kedua kompetensi tersebut, penerapannya
dalam kegiatan belajar-mengajar akan menghasilkan peserta didik yang
memiliki hard skills, yakni pengetahuan (knowledge); keterampilan (skills), dan soft skills yang berupa kemampuan interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal.
Kesegeraan
berubah seperti yang diharapkan, tidak mudah terjadi. Hal itu
dikarenakan adanya bayang-bayang yang menghambat kemampuan guru untuk
mengadakan perubahan, di antaranya adalah pembatasan kemampuan yang
diciptakan oleh guru itu sendiri, seperti ungkapan: ”Apa saya mampu
melaksanakan perubahan semacam itu?” Sejatinya pertanyaan tersebut telah
dijawab Thomas Gordon (1975) yang menyatakan:”Teacher is not born, but built”,
artinya pelaksanaan tugas, peranan dan fungsi guru dapat dibentuk,
dilatih. Karena memang kemampuan tersebut tidak dibawa seseorang dari
lahir. Sesungguhnyalah setiap orang dapat menjadikan dirinya seperti apa
yang dia mau. Karena semua anak cerdas (Armstrong, 2005), dan Gardner
(dalam Dryden & Voss, 2001) kecerdasan tersebut bersifat jamak Lewat
beragam kecerdasan itulah seseorang memiliki peluang untuk mewujudkan
kemauannya.
Perwujudan diri guru sebagai bentuk dari kemauannya dikuatkan oleh Satre, seorang filosuf, yang mengatakan: ”I choose there for I am”, aku adalah pilihanku, dan karenanya aku bertanggung jawab atas pilihanku. Menurut Robert T. Kiyosaki (dalam
Amir Tengku Ramli, 2005) pilihan kemauan guru tersebut masuk dalam
cakupan paradigma guru, yang dapat dikelompokkan dalam 2 tipe dasar, yakni paradigma to have (memiliki) dan paradigma to be (menjadi).
Dikatakan bahwa paradigma To Have
(memiliki) merupakan suatu gagasan atau pola pikir seseorang yang
cenderung dan mengutamakan pada kebutuhan materi, sedangkan paradigma To Be
(menjadi) adalah gagasan atau pola pikir yang cenderung pada
nilai-nilai non materi. Dengan demikian kedua paradigma tersebut
memiliki penghuni yang berbeda, sesuai dengan cara pandang guru terhadap
pekerjaannya. Bertolak cara guru memandang pekerjaannya dapat
dikelompokkan dalam 4(empat) kuadran utama, yakni: guru pekerja, guru
profesional, tercakup dalam paradigma To Have, dan guru pemilik, dan
guru perancang, masuk dalam paradigma To Be, yang dapat digambarkan
sebagai berikut:
Paradigma To Have, meliputi:
Kuadran 1: Guru Pekerja.
Guru
pada kuadran 1, adalah mereka yang sebatas melaksanakan pekerjaannya.
Kondisi guru ini menyukai kemapanan, rutinitas yang menjadi tanggung
jawabnya, tidak ada keinginan untuk berubah. Kalaupun ada keinginan
berubah hanya sebatas kata-kata. Perilaku yang ditampakkan adalah ’mengajar dengan cara yang sama tentang hal yang sama kepada orang yang berbeda’.
Kuadran 2: Guru Profesional.
Guru
yang memiliki profesionalitas, dengan harga tertentu. Termasuk dalam
kuadran ini ialah guru yang menyukai tantangan dalam mengajar. Senang
dengan pekerjaan mandiri, tidak rutin tapi memuaskan. Perilaku yang
ditampakkan adalah ’mengajar dengan cara yang sama, tentang hal yang berbeda, kepada orang yang berbeda’.
Paradigma To Be, meliputi:
Kuadran 3: Guru Pemilik.
Guru yang ahli (expert),
menjadi pusat intelektual dan mampu mengendalikan sistem. Dikatakan
sebagai guru pemilik ialah apabila guru memiliki keahlian (pemilik),
tidak hanya terkait dengan pengajaran, tetapi juga memiliki kemampuan
mengendalikan sistem, sehingga guru pemiliki merupakan menjadi bagian
dari kelompok pengambil keputusan. Pada kuadran ini guru menjalankan
sistem secara strategis, untuk mengendalikan diri dan orang lain bagi
kemajuan lembaga.
Kuadran 4: Guru Perancang.
Disebut
sebagai guru perancang ialah mereka yang memahami makna profesinya,
memiliki visi dan merancang pengajaran secara hidup. Karenanya guru
dalam kuadran ini berfungsi sebagai perancang masa depan pengajaran,
bersifat inovatif, senang pada ide/gagasan inovatif yang menjadikan diri
guru sangat berarti.
Ditilik berdasarkan kuadran guru, keadaan guru yang ada sekarangan ini cenderung berada pada paradigma To Have,
dan sedang diupayakan kearah kuadran 2, yaitu guru profesional
sebagaimana dimaksud dengan sertifikasi guru. Oleh karena itu mengingat
apa yang kita lakukan sekarang ini adalah untuk kepentingan masa depan,
maka ke depan perlu diupayakan perpindahan dari paradigma dari To Have ke To Be.
Untuk melakukan perpindahan paradigma ini, guru harus melakukan
perubahan secara mendasar, yaitu cara pandang terhadap pengajaran,
bahwasanya pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya adalah sebuah
profesi yang terus menerus memerlukan perubahan seiring dengan
perkembangan jaman, kalaulah tak ingin profesi ini tenggelam dalam
perubahan jaman. Prahalad mengatakan: ”If you don’t change, you die!” suatu peringatan yang realistis.
Upaya
ke arah terjadinya suatu perubahan, tidak selalu mulus jalannya. Banyak
hambatan yang dijumpai, dan tak sedikit usaha yang mengalami kegagalan.
Menyikapi kegagalan yang mungkin dialami guru dalam upayanya mewujudkan
perubahan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, guru dapat
berguru dari pengalaman, baik pengalaman diri sendiri, kolega maupun
para tokoh. Sebut saja pengalaman Thomas Alva Edison. Terhadap
pengalamannya dalam menciptakan bola lampu ia mengatakan bahwa:”Satu
persen inspirasi, sembilan puluh sembilan usaha keras.” Selanjutnya
Edison menegaskan bahwa dirinya tidak pernah gagal, ia hanya butuh
proses penemuan sebanyak 2000 kali (Nistain Odop, 2007).
Seperti
diketahui bahwa penciptaan bola lampu baru berhasil pada percobaan yang
ke 2001 kali. Dengan kata lain, bila dilihat dari satu sisi (negatif),
Thomas Alva Edison mengalami kegagalan sebanyak 2000 kali. Tetapi dari
sisi yang lain (positif), kegagalan tidak dirasakan sebagai upaya yang
gagal, tetapi dikatakan bahwa ia menemukan 2000 cara yang salah dalam
menciptakan bola lampu. Cara pandang ini berdampak pada aspek
psikologis, seseorang tidak lantas patah semangat akan usaha yang
dilakukan, sebaliknya akan menimbulkan motivasi baru dalam bentuk
tindakan yang inovatif dan kreatif.
Pada
umumnya orang terkagum-kagum atas prestasi yang diraih oleh seseorang
dalam suatu bidang tertentu, seperti Thomas Alfa Edison tersebut.
Kecenderungan orang tidak menaruh perhatian terhadap proses yang dialami
Edison sampai dengan dia berhasil menemukan bola lampu tersebut. Dua
ribu kali percobaan belum menemukan cara yang benar dalam menciptakan
bola lampu, tidak menarik minat banyak orang untuk mempersoalkan,
misalnya bagaimana menjaga diri agar tetap bersemangat? Bagaimana cara
menemukan ide-ide kreatif ke arah cara baru yang harus ditempuh? dst.
Kebanyakan orang lebih suka berbicara tentang hasil, daripada proses.
Padahal suatu hasil dapat diwujudkan hanya melalui proses. Karenanyalah
proses harus dijadikan pengalaman. Karena pengalaman adalah guru yang
paling baik.
Berguru pada Pengalaman
Pengalaman
Thomas Alfa Edison mengajarkan kepada kita, bahwa ia tidak menyoal
seberapa sering kegagalan dialami, tetapi mengajarkan kepada kita berapa
kali ia mampu bangkit dari kegagalan. (Dua ribu kali bukan?). Di sini
juga mengandung arti bahwa bangkit dari kegagalan memiliki arti tidak
mengulangi cara yang salah, tetapi mencoba banyak cara (dua ribu cara)
yang dicoba, dan akhirnya cara yang ke- 2001 itulah cara yang benar, dan
akhirnya diperoleh suatu keberhasilan. Pernahkah anda mengalami
kegagalan? Seberapa banyak kali anda mampu bangkit?
Kebangkitan
dari kegagalan sejatinya ada rasa kesusahan, ketidaknyamanan tetapi ada
upaya untuk ke luar dari ketaknyamanan tersebut. Sebagaimana layaknya
orang pada umumya, Thomas Alva Edison pastilah juga merasakan hal yang
tidak mengenakan sewaktu mengalami ketidakberhasilan dari suatu usaha
yang dijalankan. Akan tetapi dirinya tidak fokus pada masalah sewaktu
menghadapi masalah, akan tetapi fokus pada solusi. Masalah sesungguhnya
bukanlah masalah, tetapi sikap seseorang dalam memandang masalah itulah
masalah yang sebenarnya. Jika seseorang tidak mempersoalkan masalah,
masalah bukan masalah (Nistains Odop, 2007). Dan bahkan untuk suatu
kemajuan, orang harus berani keluar dari zona aman, zona nyaman, dan
mampu bertahan dalam zona tak aman tersebut sampai dengan diperolehnya
zona aman baru. Ke luar dari zona aman adalah masalah.
Zona
aman, nyaman yang diperoleh sesorang pada saat sekarang belum tentu
aman, dan nyaman untuk masa depan. Karena itu berani ke luar dari zona
aman merupakan langkah awal menuju ke zona aman, nyaman selanjutnya.
Dengan demikian ketidaknyamanan dalam rangka memperoleh suatu perubahan
adalah proses mendapatkan kenyamanan baru. Karena itu, kesulitan,
kesusahan, dan bahkan kegagalan yang kesemuanya merupakan bentuk
ketaknyamanan tidak boleh dirasakan sebagai sesuatu yang menghambat,
tetapi seharusnyalah diterima sebagai satu paket dengan keberhasilan.
Kegagalan dan keberhasilan ibarat dua sisi mata uang. Dari contoh kasus
penemuan bola lampu di atas, Thomas Alva Edison akan dapat dikatakan
gagal dalam menemukan bola lampu manakala ia berhenti pada eksperimennya
yang ke-2000. Tetapi ia mampu bangkit dan melakukan eksperimen yang ke
2001 kali, dan akhirnya berhasil. Dengan demikian jarak antara kegagalan
dan keberhasilan sangatlah tipis.
Memang,
kadang upaya kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru mengundang
komentar-komentar miring dari lingkungan, menjadi bahan gunjingan dan
bahkan tertawaan. Sebut saja si Alexander Graham Bell misalnya, ia
ditertawakan dan ditolak oleh presiden direktur perusahaan Western Union
sewaktu meminta harga US$ 100.000 untuk karyanya. Dan kenyataan
berbicara lain, bisnis Bell kemudian menjadi jutaan dollar dan
perusahaan AT&T lahir (Nistains Odop, 2007).
Mejadi yang Terbaik
Sampai
saat ini jumlah orang sekelas Thomas Alva Edison maupun Alexander
Graham Bell hanya sedikit. Mereka minoritas. Hal ini menandakan bahwa
untuk mencapai suatu puncak prestasi tidak mudah, butuh ketahanan,
keuletan usaha di atas rata-rata orang pada umumnya. Tetapi sewaktu
keberhasilan sudah dicapai, terbukti seseorang akan mendapatkan ”pahala”
yang tidak terperkirakan sebelumnya.
Sebagai
calon guru dan guru, masing-masing memiliki hak untuk memilih dan
menempati kuadran tertentu yang dikehendaki. Namun demikian ada
”kewajiban” yang harus dipenuhi manakala dirinya tidak ingin seperti
orang pada umumnya. Dalam profesi guru, dan profesi apapun yang kita
jumpai, pastilah ada kelompok minoritas di dalamnya. Kelompok minoritas
menunjuk pada mereka yang secara kuantitas paling sedikit jumlahnya,
namun memiliki kualitas yang lebih tinggi dan pastinya akan diikuti
konsekuensi logisnya, seperti pendapatan yang lebih banyak, dsb.
Paparan di atas hendak menunjukkan sebab-sebab keberhasilan
mencapai puncak usaha yang disingkat STM BB FM ME sebagai berikut:
- Sikap dan cara memandang sesuatu dari sisi positif.
- Tidak mudah menyerah, ada motivasi untuk sukses..
- Masalah diterima sebagai kesatuan dari keberhasilan.
- Berani mencoba sesuatu yang baru secara cerdas.
- Berani mengambil resiko, keluar dari zona nyaman.
- Fokus pada solusi, tidak terbelenggu pada masalah, ataupun kejayaan pada masa lalu.
- Memiliki etos kerja yang baik, aktif, kreatif.
- Memiliki banyak informasi.
- Etos kerja yang baik.
Faktor-faktor
penyebab keberhasilan tersebut merupakan peneguhan terhadap keyakinan
para calon guru dan guru bahwa menjadi guru adalah pilihan yang tepat.
Selain tugas kemanusiaan yang amat mulia dan ladang ibadah yang tinggi
nilainya, profesi ini juga dapat mendatangkan kesejahteraan dan
kemakmuran bagi pelakunya jika mereka dapat menempati posisi minoritas.
Kepustakaan:
Amir Tengku Ramli. 2005. Menjadi Guru Kaya melalui Perubahan paradigma To Be Quadran. Bekasi: Pustaka Inti.
Gordon Dryden & Jeannete Vos .2001. Revolusi Cara Belajar. Bandung: KIFA
Krathwohl, Bloom, Masia. 1973. Bahan Penataran Kurikulum Berbasis Kompetensi. UMK
Nistain Odop. 2007. Gagal Itu Baik. Built Your Own Potential with Power Fail. Yogyakarta: Media Pressindo.
Tony Buzan. 2005. Brain Child. Cara Pintar Membuat Anak Menjadi Pintar. Jakarta: Gramedia
Taufik Tea. 2009. Inspiring Teaching. Mendidik Penuh Inspirasi. Jakarta: Gema Insani.
Thomas Armstrong. 2005. Setiap Anak Cerdas. Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligece-nya. Jakarta: Gramedia.http://uki-edukita.blogspot.com/2010/03/normal-0-false-false-false.html
Langganan:
Postingan (Atom)